Jaminan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk orang yang tidak mau meminta-minta
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ وَكَانَ ثَوْبَانُ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- (( مَنْ تَكَفَّلَ لِى أَنْ لاَ يَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا وَأَتَكَفَّلَ لَهُ بِالْجَنَّةِ؟)). فَقَالَ ثَوْبَانُ: أَنَا. فَكَانَ لاَ يَسْأَلُ أَحَدًا شَيْئًا.
Diriwayatkan dari Tsauban, beliau adalah mantan budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang dapat menjamin untukku agar dia tidak meminta-minta kepada manusia sedikit pun, maka saya akan menjaminnya untuk masuk ke dalam surga?” (Berkatalah seorang perawi), “Tsauban pun menjawab, ‘Saya.’ Memang dulu dia (Tsauban) tidak pernah meminta apapun kepada seorang pun.”[HR Abu Dawud no. 1643. Syaikh Al-Albani men-shahih-kannya dalam Shahih Al-Jami’ no. 6604.]
Ma’mar berkata, “Telah disampaikan kepadaku bahwa ‘Aisyah radhiallahu ‘anha pernah berkata, ‘Perhatikanlah Tsauban! Sesungguhnya dia tidak pernah meminta sesuatu kepada seorang pun. Dulu pernah terjatuh tongkat dan cambuk (miliknya), beliau tidak pernah minta diambilkan untuknya, melainkan dia turun sendiri dan mengambilnya.”[Tambahan ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’abul-Iman no. 3245.]
Contoh yang baik dari Hakim bin Hizam radhiallahu ‘anhu
Diriwayatkan dari ‘Urwah bin Az-Zubair dan Sa’id bin Al-Musayyab bahwasanya Hakim bin Hizam radhiallahu ‘anhu pernah berkata:
سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي
“Saya pernah meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau pun memberiku. Kemudian saya pun meminta lagi kemudian beliau pun memberiku. Kemudian beliau berkata:
يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ كَالَّذِي يَأْكُلُ ، وَلاَ يَشْبَعُ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى قَالَ حَكِيمٌ ، فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لاَ أَرْزَأُ أَحَدًا بَعْدَكَ شَيْئًا حَتَّى أُفَارِقَ الدُّنْيَا
“Ya Hakim! Sesungguhnya harta ini adalah hijau[Maksudnya enak dipandang oleh mata.] dan manis[Maksudnya manis dirasakan.]. Barang siapa yang mengambilnya dengan tanpa memaksakan diri, maka akan diberkahi harta tersebut. Barang siapa yang mengambilnya/memintanya dengan memaksakan diri untuk mendapatkannya, maka dia seperti orang yang makan dan tidak pernah kenyang.Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.” Hakim pun berkata, “Ya Rasulullah! Demi yang mengutusmu dengan kebenaran, saya tidak akan meminta kepada seorang pun setelah ini sampai saya meninggal dunia.”
فَكَانَ أَبُو بَكْرٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، يَدْعُو حَكِيمًا إِلَى الْعَطَاءِ فَيَأْبَى أَنْ يَقْبَلَهُ مِنْهُ ثُمَّ إِنَّ عُمَرَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، دَعَاهُ لِيُعْطِيَهُ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَ مِنْهُ شَيْئًا فَقَالَ عُمَرُ إِنِّي أُشْهِدُكُمْ يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِينَ عَلَى حَكِيمٍ أَنِّي أَعْرِضُ عَلَيْهِ حَقَّهُ مِنْ هَذَا الْفَيْءِ فَيَأْبَى أَنْ يَأْخُذَهُ فَلَمْ يَرْزَأْ حَكِيمٌ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ بَعْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم حَتَّى تُوُفِّيَ.
Kemudian Abu Bakar radhiallahu ‘anhu memanggil Hakim untuk menerima hadiah, beliau pun tidak mau menerimanya. Kemudian ‘Umar radhiallahu ‘anhu memanggilnya untuk menerima hadiah, beliau pun tidak mau menerimanya.Umar pun berkata, “Saya bersaksi kepada kalian, wahai kaum muslimin atas Hakim! Sesungguhnya saya telah menyodorkan haknya dari harta fai’ tetapi dia tidak mau menerimanya.”
Hakim tidak pernah meminta kepada seorang pun dari manusia setelah permintaannya kepada Rasulullah itu, sampai beliau wafat.[HR Al-Bukhari no. 1482.]
Meminta kenaikan gaji kepada atasan
Jika benar-benar layak, maka sang pekerja atau pegawai bisa saja mengajukan kenaikan gaji kepada atasannya. Tetapi bukan dengan cara pemaksaan.
Jika UMR suatu wilayah sudah terpenuhi dan hak-hak pegawai telah dipenuhi oleh atasan, maka tidak ada alasan untuk membenarkan aksi demonstrasi.
Aksi demonstrasi banyak menimbulkan kerugian di berbagai macam pihak, terutama para pengusaha dan pemodal. Dalam sehari saja, jika seluruh pegawai mogok kerja, maka bisa menyebabkan kerugian ratusan juta atau bahkan miliyaran rupiah untuk perusahaan yang besar.
Sebenarnya solusinya sangat sederhana. Jika Anda termasuk orang yang menuntut kenaikan gaji, maka saya memberikan tiga solusi:
Solusi pertama: Berhentilah menuntut kenaikan gaji dan bekerjalah seperti biasa.
Solusi kedua: Keluarlah dari perusahaan tersebut dan jadilah pengusaha/wirausahawan. Sehingga Anda akan merasakan tuntutan-tuntutan dari para pegawai Anda.
Solusi ketiga: Keluarlah dari perusahan tersebut dan jadilah orang yang memfokuskan diri pada ibadah, menuntut ilmu dan berkhidmah untuk kaum muslimin.
Dan saya tidak menganjurkan Anda untuk menjadi seorang pengangguran.
Penutup
Demikianlah tulisan ini. Mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala memberi kekuatan kepada kita untuk bisa selalu berusaha dan tidak tergantung kepada orang lain, apalagi meminta-minta kepada orang lain.
Mudahan bermanfaat. Amin.
Lihat tulisan sebelumnya: Hinanya Profesi Pengemis [Bagian 1]
Ditulis oleh: Ustadz Said Yai Ardiansyah, Lc., M.A. (Beliau adalah alumni Universitas Islam Madinah, Jurusan Hadits. Dan mengambil Master di MEDIU Malaysia, Jurusan Fiqhussunnah. Beliau juga kepala SDIT Al-Istiqomah Prabumulih)
Daftar Pustaka
- Ath-Thabaqat-Al-Kubra. Muhammad bin Sa’ad Al-Bashri. Dar Shadir.
- Mir’atul-mafatih Syarh Misykatil-Mashabih . Muhammad ‘Abdussalam Al-Mubarakfuri.
- Riyadhush-shalihin. Imam An-Nawawi.
- Subulussalam. Muhammad bin Isma’il Al-Amir Ash-Shan’ani. Kairo: Darul-Hadits.
- Syarh Riyadhishshalihin. Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Darussalam.
- Umdatul-Qari Syarh Shahih Al-Bukhari. Badruddin Al-‘Aini Al-Hanafi.
- Buku-buku lain yang sebagian besar telah dicantumkan di footnotes.
Pengusahamuslim.com didukung oleh .
- Dukung kami dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. 081 326 333 328 dan 087 882 888 727
- Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial